Analisa Break Even Point (BEP) dapat
membantu untuk mengetahui berapa pejualan minimal yang harus dicapai agar
perusahaan tidak rugi
Dalam menjalankan usaha, tentunya kita harus memahami
dan tahu hasil dari pekerjaan yang telah kita lakukan dengan susah payah,
sehingga diperlukan analisis dari usaha kita dengan demikian diharapkan kita
akan mampu menyikapi dan mengambil tindakan secepat mungkin jika kemudian
ditemukan kejanggalan dan ketidaksesuaian dalam perhitungan kita, karena apa
yang kita dapatkan belum tentu menjadikan usaha kita berjalan dengan sehat dan
baik . Salah satu cara menilai kinerja usaha adalah dengan analisis BEP (Break
Even Point) atau titik impas, yakni tidak
ditemuinya keuntungan maupun kerugian pada usaha kita dengan kata lain kita
dapat mengetahui volume penjualan yang diperlukan agar bisa menutup semua biaya
produksi yang dikeluarkan. Jika diperlukan, Anda juga bisa menghitung BEP yang
baru ketika terjadi perubahan biaya tetap, misalnya karena Anda melakukan
renovasi tempat usaha atau membeli peralatan kantor yang baru.
BEP bisa dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
BEP bisa dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
- Harga per unit – Biaya variabel per unit = Margin kontribusi per unit
- Margin kontribusi per unit : Harga per unit = Rasio margin kontribusi
- Break Even = Biaya tetap : Rasio margin kontribusi
Contoh sederhana usaha makanan ringan
Diketauhi dari sebuah laporan keuangan Perusahaan
“Kripik Belalang” menunjukkan, biaya tetap usaha itu (dalam ribuan) adalah
Rp 49.000, dan biaya variabel per 1 bungkus “kripik belalang” adalah Rp 0,3.
Jika harga jual tiap sebungkus kripik belalang adalah Rp 1, maka setelah
dikurangi biaya variabel, tiap sebungkus kripik belalang menyumbang Rp 0,7
untuk menutup pengeluaran tetap.
BEP bisa diketahui dengan membagi biaya tetap dengan
kontribusi tiap sebungkus kripik belalang yang dijual itu, yakni Rp
49.000 : 0,7 = 70.000 bungkus kripik belalang. Jika penjualan melampaui
70.000 bungkus kripik belalang, maka Perusahaan “Kripik Belalang”
memperoleh keuntungan. Sebaliknya jika penjualan kurang dari 70,000, Perusahaan
“Kripik Belalang” akan mengalami kerugian. Kita juga bisa melihat bahwa
peningkatan penjualan 10.000 bungkus kripik belalang di atas BEP (sehingga
menjadi 80.000 bungkus kripik belalang) akan menghasilkan keuntungan Rp 7.000,
dan peningkatan 30.000 bungkus kripik belalang menjadi 100.000 bungkus kripik
belalang akan menghasilkan keuntungan Rp 21.000. Di lain pihak, saat penjualan
hanya 60.000 bungkus kripik belalang, Perusahaan “Kripik Belalang” masih rugi
Rp 7.000, dan pada saat penjualan baru 40.000 bungkus kripik belalang,
Perusahaan “Kripik Belalang” masih rugi Rp 21.000.
Yang dapat di gambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Dari ilustrasi tersebut diatas diketahui bawah
peningkatan penjualan 25% (dari 80.000 ke 100.000 bungkus kripik belalang) akan
menghasilkan peningkatan keuntungan dari Rp 7.000 ke Rp 21.000. Hal yang sama
terjadi sebaliknya, penurunan sedikit saja pada penjualan juga menghasilkan
kerugian yang cukup besar. Denga mengetahui kenyataan tersebut pada akhirnya
perusahaan dapat memperhitungkan berapa banyak yang harus diproduksi untuk
mendapatkan keuntungan yang diharapkan, disisi lain sejauhmana kemampuan
keuangan perusahaan dalam mengelola kegiatan usaha tersebut akan dapat
dipergunakan untuk mengambil kebijak dalam menentukan kapasitas produksi dengan
mempertimbangkan aspek biaya yang harus dikeluarkan, yang akhirnya kita mampu
mengukur kemampuan kita dalam menjalankan usaha.
Manfaat
Analisa Break Even Point :
Menurut Rony (1990, p. 357) analisis titik impas atau analisis Break Even Point sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:
a. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
b. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
c. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.
Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa break even untuk manajemen, yaitu :
a. Membantu pengendalian melalui anggaran.
b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
c. Menganalisa dampak perubahan volume.
d. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
e. Merundingkan upah.
f. Manganalisa bauran produk.
g. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
h. Menganalisa margin of safety.
Sedangkan menurut Sigit (1993, p. 1) analisa Break Even Point mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah :
a. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu.
b. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang berjalan.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.
d. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
Asumsi-Asumsi Dasar Analisa Break Even Point :
Beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa break even menurut Mulyadi (1993, p. 259) adalah sebagai berikut :
a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
d. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
e. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
h. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya
Dampak Perubahan dari Beberapa Faktor dalam Analisa Break Even Point Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen (1993, 259):
a. Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan dalam contribution margin dan impas.
b. Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada contribution margin dan impas.
c. Angka laba kontribusi hanya akan dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel dan harga jual.
d. Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tapi tidak mempengaruhi laba kontribusi.
e. Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang sama akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.
Menurut Rony (1990, p. 357) analisis titik impas atau analisis Break Even Point sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:
a. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
b. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
c. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.
Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa break even untuk manajemen, yaitu :
a. Membantu pengendalian melalui anggaran.
b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
c. Menganalisa dampak perubahan volume.
d. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
e. Merundingkan upah.
f. Manganalisa bauran produk.
g. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
h. Menganalisa margin of safety.
Sedangkan menurut Sigit (1993, p. 1) analisa Break Even Point mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah :
a. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu.
b. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang berjalan.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.
d. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
Asumsi-Asumsi Dasar Analisa Break Even Point :
Beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa break even menurut Mulyadi (1993, p. 259) adalah sebagai berikut :
a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
d. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
e. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
h. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya
Dampak Perubahan dari Beberapa Faktor dalam Analisa Break Even Point Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen (1993, 259):
a. Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan dalam contribution margin dan impas.
b. Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada contribution margin dan impas.
c. Angka laba kontribusi hanya akan dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel dan harga jual.
d. Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tapi tidak mempengaruhi laba kontribusi.
e. Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang sama akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.
0 komentar:
Posting Komentar